Selamat datang di blog vonny, semoga bermanfaat bagi anda :)

Aku Cemburu karena Ku Tak Bisa Kehilanganmu

Cemburu memang bisa jadi tanda dan bukti cinta. Kita cemburu karena kita peduli. Kita cemburu karena kita tak mau kehilangan. Dan kita cemburu karena ada cinta yang ingin kita jaga.
Sebuah hubungan pasti ada pasang surutnya. Ada saat-saat kamu merasa marah atau kesal. Adakalanya juga kamu dan pasangan bertengkar karena masalah yang sebenarnya sepele. Ada saat-saatnya juga rasa cemburu memicu konflik dalam hubunganmu. Namun, rasa cemburu juga bisa jadi tanda bahwa hubunganmu masih “hidup” dan “bernapas”.

Rasa Cemburu Itu Muncul Bukan karena Tak Percaya Tapi karena Peduli
Tak pernah ada niatan untuk menghancurkan hubungan yang sudah kamu bangun sejak lama. Tak sekalipun terlintas di pikiranmu untuk melukai perasaan pasanganmu. Dan ketika rasa cemburu itu kamu rasa, yang kamu rasakan sebenarnya adalah karena kamu peduli. Kamu peduli dengan cinta yang harus kamu jaga. Niatmu hanyalah ingin membawa kembali hubungan ke jalan yang semestinya.

Rasa Cemburu Itu Muncul  karena Ada Masalah yang Harus Segera Diselesaikan
Pasti ada penyebab di balik setiap rasa cemburu yang dirasa. Ada akar masalah dari semua rasa cemburu itu. Saat cemburu sudah dirasa, itu jadi sinyal kalau ada sebuah masalah yang harus segera diselesaikan. Ada lubang di dalam hubunganmu yang perlu diisi kembali.

Cemburu Bisa Jadi Tanda Kejujuran
Saat cemburu biasanya kita akan mengungkapkan semua rasa dan isi hati yang ada di dalam dada. Secara tidak langsung ini jadi tanda kejujuran. Kamu mulai berani terbuka untuk mengungkapkan perasaanmu. Ini bisa jadi pertanda baik bahwa dari kejujuran itu kamu bisa makin menguatkan komitmen yang ada. Kalau perasaan itu terus dipendam saja, masalah yang ada tak akan pernah terselesaikan, kan?

Dari Rasa Cemburu, Kita Melatih Diri untuk Bersikap Dewasa
Di satu sisi cemburu sering disebut sebagai sifat yang kekanak-kanakan. Tapi di sisi lain dari rasa cemburu itu kita bisa melatih diri untuk bersikap lebih dewasa. Kita belajar untuk mengendalikan diri dan perasaan. Kita diuji untuk tetap berpikir jernih saat suasana hati sedang kalut. Dan perlahan-lahan kita bisa belajar bahwa rasa cemburu itu tak selalu berarti benci. Bahkan dari cemburu itu ada rasa tak ingin kehilangan, ada niat untuk tetap mempertahankan hubungan.
Tentu saja jangan sampai cemburu buta, ya Ladies. Jangan sampai rasa posesif atau pikiran negatif membuat api cemburu di dalam dirimu tersulut dengan mudah.
Tak apa cemburu, asal tetap pada porsinya. Sekalipun rasa cemburu itu muncul karena dipicu suatu kecurigaan, tahan diri untuk tak gampang menuduh. Selalu cari dulu fakta dan kebenarannya sebelum melontarkan suatu tuduhan. Karena cemburu itu sebenarnya bisa berarti bahwa kamu tak ingin kehilangannya dan kamu hanya ingin mempertahankan dia.

METODE-METODE ANALISIS PERENCANAAN PENDIDIKAN




A.    Analisis sumber-cara-tujuan (mean-ways-end analysis).
Digunakan untuk meneliti sumber-sumber dan alternatif untuk mencapai tujuan pendidikan. Tiga hal yang perlu dianalisis dalam metode ini, yaitu: (a)means yang berkaitan dengan sumber-sumber yang diperlukan, (b)ways yang berhubungan dengan cara dan alternatif tindakan yang dirumuskan dan bakal dipilih dan, (c) ends yang berhubungan dengan tujuan yang hendak dicapai.

B.       Analisis masukan-keluaran (input-output analysis).
Metode ini dipakai untuk menganalisis beberapa faktor input pendidikan, proses pendidikan dan output pendidikan. Sebagai penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a)      melakukan analisis tentang faktor-faktor input pendidikan, misalnya: 1) analisis memiliki kebijakan mutu sekolah; 2) analisis sumber daya tersedia dan siap; 3) analisis tentang harapan prestasi yang tinggi; 4) analisis terhadap pelanggan (khususnya pada peserta didik yang masuk); 5) analisis manajemen MBS.
b)      melakukan analisis tentang proses layanan pendidikan, misalnya: 1) analisis efektivitas proses belajar mengajar; 2) analisis kepemimpinan sekolah yang demokratis; 3) analisis pengelolaan SDM dan keuangan yang efektif, transparan dan akuntabel; 4) analisis sekolah berbudaya mutu; 5) analisis sekolah yang memiliki teamwork yang kompak, cerdas, visioner dan dinamika; 6) analisis kemandirin dalam pengelolaan sumber daya sekolah; dan sebagainya.
c)      melakukan analisis output pendidikan, misalnya: 1) analisis kualitas karya sekolah; 2) analisis produktivitas warga sekolah; 3) analisis lulusan dengan kebutuhan masyarakat.

C.      Analisis ekonometrik  (econometric analysis).
Metode ini lebih dekat dengan pendekatan perencanaan pendidikan model untung rugi atau keefektifan biaya. Sebagai penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a)      melakukan analisis secara empirik atau kuantitatif tentang sumber daya dan sumber dana yang dimiliki oleh lembaga, yang berpotensi untuk bisa dikembangkan secara maksimal dalam rangka meraih keuntungan finansial secara maksimal;
b)      melakukan analisis  tentang peluang output dari layanan pendidikan yang dapat terserap oleh dunia usaha atau industri, sehingga layanan pendidikan yang diberikan betul-betul mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Oleh karena proses layanan pendidikan yang tidak bernilai produktif (memberi nilai ekonomis) harus ditiadakan.

D.      Analisis diagram sebab akibat (Cause-effect diagram)
Metode ini dipakai dalam perencanaan yang mendapatkan gambaran masa depan yang lebih baik. Sebagai penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:
a) Melakukan analisis beragam problem atau beragam tantangan yang akan dihadapi oleh dunia pendidikan di masa yang akan datang. Oleh karena itu diperlukan adanya analisis SWOT (Strength atau kekuatan, Weakness atau kelemahan, Opportunity atau kesempatan, dan Threat atau ancaman).Tujuan dilakukan analisis SWOT adalah untuk mengenali tingkat kesiapan setiap bidang pendidikan atau aspek kelembagaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan pendidikan.
b) melakukan analisis tindakan atau langkah-langkah yang tepat, yang dapat dilaksanakan dalam menghadapi beragam tantangan atau problem yang muncul pada era yang akan datang.
E. Analisis siklus kehidupan (life-cycle analysis). 
Metode ini dipakai untuk mengalokasikan sumber daya yang ada di sekolah dengan memperhatikan siklus kehidupan produksi atau output layanan pendidikan (lulusan), proyek, program dan proses kegiatan layanan pendidikan. Tahapan yang perlu diperhatikan oleh penyusun perencanaan pendidikan yang menggunakan metode ini, adalah: a) melakukan konseptualisasi program dalam perencanaan pendidikan; b) spesifikasi program-program dalam perencanaan pendidikan; c) pengembangan layanan pendidikan; d) pengujian dan evaluasi program-program dalam perencanaan pendidikan; e) operasi; f) output layanan pendidikan (lulusan).
F. Analisis Proyeksi. 
Metode ini paling banyak dipakai dalam perencanaan pendidikan di tingkat mikro (lembaga satuan pendidikan). Perencanaan pendidikan yang menggunakan metode proyeksi, akan menghasilkan cara (metode) pemecahan masalah penduduk lima tahunan, data persekolahan, proyeksi penduduk usia sekolah, proyeksi siswa, proyeksi ruang kelas, dan proyeksi kebutuhan guru. Dalam metode ini paling tidak ada tiga metode proyeksi, yaitu:
a.       Angka pertumbuhan siswa. Angka pertumbuhan siswa adalah perhitungan kenaikan siswa setiap tahunnnya,
b.      Kohort adalah bagan yang memperlihatkan arus pergerakan siswa dari sejak masuk di kelas1 sampai yang bersangkutan menyelesaikan program pendidikannya atau lulus/tamat.
c.       Arus siswa. Proyeksi arus siswa ini akan memberikan gambaran yang lebih akurat dan tepat karena memberikan data yang mendekati kenyataan.
Hal ini disebabkan proyeksi ini menggunakan berbagai parameter yang mengontrol hasil proyeksi tiga arus dari setiap tingkat, yaitu: 1) angka mengulang; 2) angka naik kelas; dan 3) angka putus sekolah
G. Analisis nilai tambah (value added analysis) 
Metode ini digunakan untuk mengukur keberhasilan peningkatan produksi atau pelayanan. Dengan demikian, kita mendapatkan gambaran singkat tentang kontribusi dari aspek tertentu terhadap aspek lainnya. Pada dasarnya semua kegiatan perencanaan melalui empat tahapan dasar sebagai berikut:
a)      Tahap pertama > menetapkan tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan-keputusan tentang keinginan atau kebutuhan organisasi atau kelompok kerja. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, organisasi akan menggunakan sumber daya secara tidak efektif.
b)      Tahap kedua > merumuskan keadaan saat ini. Pemahaman akan posisi organisasi sekarang dari tujuan yang hendak dicapai atau berbagai sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan merupakan hal yang sangat penting karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang.
c)      Tahap ketiga > mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan. Segala kekuatan dan kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan.
d)     Tahap keempat > mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Tahap terakhir dalam proses perencanaan ini meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan.

2.        Langkah-Langkah Perencanaan Pendidikan
Langkah-langkah perencanaan pendidikan secara rinci mempunyai banyak versi sesuai dengan pendapat tokoh-tokoh yang mengemukakannya. Seperti yang dikemukakan menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1982) dalam https://ahmadsaefudinalghosyeh.wordpress.com (online), langkah-langkah yang ditempuh dalam proses penyususnan perencanaan pendidikan yaitu:
1.      Pengumpulan dan pengolahan data, perkembangan pendidikan pada saat ini sangat perlu diketahui dan dipahami secara jelas oleh perencana pendidikan, karena gambaran keadaan itu akan dijadikan dasar untuk penyusunan perencanaan pendidikan. Pengumpulan dan pengolahan data adalah langkah pertama dalam mengidentifikasi jenis data yang diperlukan.Jenis data yang dikumpulkan  berubungan dengan sistem pendidikan, baik data sarana dan prasarana , keadaan penduduk, geografi serta lapangan kerja.
2.      Diagnosis, data yang sudah terkumpul harus dianalisis dan didiagnosis. Menganalisis data merupakan proses untuk menghasilkan suatu informasi. Mendiagnosis keadaan pendidikan daapat dilakukan melalui penelitian dengan jalan meninjau segala usaha dan hasil pendidikan, termasuk mengkaji rencana yang sudah disusun tetapi belum dilaksanakan.
3.      Perumusan kebijakan, merupakan suatu pembatasan gerak tentang apa saja yang akan dijadikan keputusan oleh orang lain. Suatu kebijakan di bidang pendidikan dirumuskan oleh pemerintah dengan melibatkan instansi-instansi terkait. Para perencana pendidikan tetap memegang peranan penting terutama dalam memberikan nasihat teknis dalam perumusan kebijakan.
4.      Perkiraan kebutuhan masa depan, perencana pendidikan harus mampu memperkirakan kebutuhan masa depan, sehingga rencana yang lengkap dapat disusun dengan baik.
5.      Perhitungan biaya, menghitung untuk semua kebutuhan yang sudah diidentifikasikan di masa yang akan datang. Perhitungan biaya dilakukan dengan menggunakan satuan biaya atau standardisasi harga yang berlaku untuk setiap kelompok kebutuhan dengan memperhatikan fluktuasi harga.
6.      Penetapan sasaran, para perencana pendidikan meneliti sasaran-sasaran pendidikan untuk masa yang akan datang. Dari sasaran itu ditetapkanlah dana untuk masing-masing tingkatan sekolah.
7.      Perumusan rencana, perencanaan yang disusun pada dasarnya ditujukan untuk menyajikan serangkaian rancangan keputusan untuk disetujui dan menyediakan pola secara matang.
8.      Perincian rencana, rencana yang telah dirumuskan dilakukan dengan cara penyusunan program dan identifikasi serta perumusan proyek. Penyusunan program adalah membagi-bagikan rencana kedalam kelompok kegiatan. Setiap kegiatan dalam kelompok ini harus saling menunjang, dan menuju tujuan yang sama.
9.      Implementasi rencana, implementasi ini mulai dilakukan apabila masing-masing proyek yang diusulkan sudah disahkan. Oleh karena itu, kerangka organisasi untuk berbagai proyek dikembangkan. Disamping itu dikembangkan rencana operasionalnya seperti pendelegasian wewenang, penugasan tanggungjawab, pengadaan mekanisme umpan balik dan pengawasannya.
10.  Evaluasi rencana, dapat dikatakan sebagai kegiatan akhir dari proses perencanaan sebelum revisi dilakukan. Penilaian berkaitan dengan kemajuan atau perkembangan dan penemuan penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan suatu rencana. Penilaian yang dilakukan juga bermanfaat untuk melihat rangkaian kegiatan dalam proses perencanaan.
11.  Revisi rencana, dilakukan berdasarkan hasil evaluasi rencana. Revisi bertujuan untuk memperbaiki, melengkapi atau menyempurnakan rencana yang akan datang berdasarkan pengalaman masa lalu (rencana yang sudah dilaksanakan).

3.        Masalah Perencanaan Pendidikan di Indonesia
Menurut Wikipedia.org (online) bahwa masalah (bahasa Inggris: problem) adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan situasi yang membingungkan. Masalah biasanya dianggap sebagai suatu keadaan yang harus diselesaikan.
Masalah juga terjadi dalam proses perencanaan pendidikan, dan menjadi kendala tersendiri untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada beberapa masalah dalam perencananaan pendidikan yang dilihat dari berbagai aspek, yaitu: (Mubtadiin, 2012 dalam .http://winirismayanti.blogspot.com/)

1.      Rendahnya Sarana Fisik
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem  Pendidikan Nasional Pasal 45 ayat 1, bahwa “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.”
Tetapi pada kenyataannya banyak sekolah yang tidak memenuhi standar tersebut. Masih banyak sekolah yang memiliki bangunan yang tidak layak pakai atau meminjam bangunan dari pihak lain. Sekolah dengan akses jalan yang sulit terjangkau menyebabkan banyak masyarakat yang kurang bersedia untuk bersekolah.
Perencanaan pendidikan harus dengan matang mempertimbangan aspek ini, jangan sampai membuat suatu sistem pendidikan yang mempergunakan sarana dan prasarana yang hanya dimiliki oleh sekolah-sekolah dengan fasilitas bagus. Misalnya, pendidikan berbasis internet, bagaimana dengan anak-anak di daerah yang belum ada fasilitas internet. Oleh karena itu perencaan pendidikan akan terhambat jika ada faktor yang kurang mendukung. 

2.      Rendahnya Kualitas Guru
UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem  Pendidikan Nasional tahun 2003 pasal 42 ayat 1 dan 2, bahwa :
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi.
Guru adalah salah satu faktor penunjang dalam keberhasilan pendidikan. Kualitas guru yang kurang memadai menjadi kendala tersendiri bagi kualitas pendidikan di Indonesia. Dengan permasalahan ini, perencanaan pendidikan akan ada hambatan. Misalnya, sekolah bilingual atau SBI (Sekolah Berbasis Internasional) di Indonesia, masih kurang menghasilkan lulusan yang mampu bersaing dengan lulusan luar negeri. Hal ini dikarenakan SDM guru yang masih belum maksimal, dan yang belum bisa menguasai bahasa inggris, sedangkan harus mengajar dalam bahasa inggris atau dua bahasa.

3.      Rendahnya Kesejahteraan Guru
Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia pada pertengahan 2005 dalam http://winirismayanti.blogspot.com/), idealnya seorang guru menerima gaji bulanan sebesar Rp3.000.000,00. Pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp1.500.000,00; guru bantu Rp460.000,00; dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp10.000,00 per jam. Dengan pendapatan seperti itu, maka banyak guru yang melakukan kerja sampingan, sehingga kurang optimal dalam mendidik anak di sekolah.

4.      Rendahnya Prestasi Siswa
Siswa adalah generasi penerus bangsa, artinya siswa yang dididik di sekolah diharapkan mampu menjadi generasi yang memajukan negara. Dengan majunya era globalisasi, siswa Indonesia harus mampu bersaing dengan lulusan luar negeri. Rata-rata anak-anak Indonesia hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan dan ternyata mereka sulit dalam menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan penalaran.Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda. (Mubtadiin, 2012 dalam http://winirismayanti.blogspot.com/).

5.      Rendahnya Kesempatan Pemerataan Pendidikan
Dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
Indonesia adalah negara kepulauan yang luas. Keadaan geografis Indonesia yang demikian menyebabkan rendahnya pemerataan pendidikan di Indonesia. Banyak daerah yang sulit terjangkau dan tidak ada akses jalan. Tidak meratanya pendidikan di Indonesia menyebabkan adanya kesenjangan antara pendidikan di kota dan di daerah. Padahal berdasarkan undang-undang di atas, bahwa tiap warga negara Indonesia berhak untuk mendapat pendidikan yang layak.

6.      Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan
Adanya ketidaksesuaian antara kualitas lulusan kita dengan kebutuhan tenaga kerja menyebabkan masih tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Data BAPPENAS (1996) dalam http://winirismayanti.blogspot.com/ (online) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukkan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%; 14,21%; dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri (Kasim, 2009 dalam http://winirismayanti.blogspot.com/) (online).

7.      Mahalnya Biaya Pendidikan
Adanya stratifikasi dalam pendidikan, menyebabkan masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah akan kesulitan mendapat fasilitas pendidikan yang layak. Sekarang ini banyak sekolah dengan pendidikan yang berkualitas dengan biaya yang mahal. Sedangkan pendidikan gratis yang disediakan pemerintah cenderung seadanya. Maka stratifikasi ini menyebabkan adanya pula kesenjangan kualitas pendidikan antara anak yang berekonomi berkecukupan dengan ekonomi rendah.
Masalah di atas adalah permasalahan yang secara global dapat menghambat proses perencanaan sistem pendidikan di Indonesia. Padahal, ada undang-undang yang telah mengatur bagaimana standar aspek pendidikan.

4.      Penyelesaian Masalah Perencanaan Pendidikan di Indonesia
Adanya masalah dalam pendidikan di Indonesia menyebabkan  kendala dalam perencanaan pendidikan di Indonesia. Sistem pendidikan di Indonesia telah banyak mengalami perubahan, hal ini mungkin disebabkan karena perencanaan pendidikan yang kurang memahami aspek-aspek yang terkait didalamnya, sehingga sistem pendidikan di Indonesia tidak mampu sesuai dengan kondisi masyarakat Indonesia serta lulusan yang dihasilkan tidak relevan dengan kebutuhan tenaga kerja. Hal tersebut menyebabkan sumber daya manusia (SDM) negara kita sulit bersaing dengan SDM asing.
1.      Secara Sistemik
Adanya perombakan dalam sistem sosial yang berkaitan dengan pendidikan. Sistem pendidikan sangat berkaitan dengan ekonomi, dengan sistem ekonomi sekarang menyebabkan adanya stratifikasi dalam pendidikan. Maka harus menciptakan sistem yang menghilangkan adanya stratifikasi dalam pendidikan. Tidak ada lagi kesenjangan fasilitas pendidikan untuk masyarakat ekonomi kuat dan lemah.
2.      Secara Teknis.
Solusi secara teknis adalah adanya perubahan dalam aspek kualitas sarana dan prasarana, kualitas guru dan kualitas siswa. Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Misalnya seperti rendahnya kualitas guru, di samping diberikan solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Selain itu juga seperti rendahnya prestasi siswa, solusinya adalah dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Dengan problem solving atau penyelesaian masalah pendidikan, maka proses perencanaan pendidikan juga harus berfungsi dalam merancang sebuah sistem pendidikan yang layak dan tepat untuk masyarakat Indonesia.


Buscar

 

About

catch your dream Copyright © 2011 | Tema diseñado por: compartidisimo | Con la tecnología de: Blogger